Rabu, 08 April 2015

Nabi Yang Seperti Musa

Kitab Ulangan mencatat perkataan Nabi Musa, bahwa akan diutus seorang nabi "dari antara saudara-saudaramu" yang seperti nabi Musa. Nubuatan yang disampaikan oleh Nabi Musa ini kerap kali menjadi bahan perdebatan antara umat Islam dengan umat Kristiani. Menurut orang-orang Kristen, "nabi yang dijanjikan" tersebut adalah Yesus Kristus. Sedangkan menurut umat Islam, tokoh tersebut adalah bukan Nabi Isa AS. Lalu timbul pertanyaan: "Siapakah sebenarnya nabi yang dijanjikan itu? Yesus Kristus kah? Atau masih ada yang lain lagikah". Kita baca terlebih dahulu ayat yang berisi nubuatan itu.

"Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.
Tepat seperti yang kamu minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi, supaya jangan aku mati.
Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik;
seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya
..".(Ulangan 18:15-18).

Saya menemukan beberapa kata kunci dari perkataan Musa di ayat 15:
1) dari tengah-tengahmu : artinya, berasal dari antara bangsa Israel itu sendiri, dari "tengah-tengah", berarti "bukan pinggiran, bukan sesuatu yang jauh. "Dari tengah-tengah" adalah dari tengah-tengah, atau "dari kalangan", kerabat sendiri, keluarga sendiri yang teramat dekat.

2) dari antara saudara-saudaramu : artinya, juga masih keluarga dekat, masih sama-sama keturunan Yakub, yakni nenek moyang Bangsa Israel. Mungkinkah berasal dari bangsa Edom? Karena bangsa Edom masih kerabat agak dekat? Masih keturunan Esau, sedangkan Esau adalah kakaknya Yakub? Jawabnya tentu saja : tidak mungkin. 

3) sama seperti aku (Musa) : Nabi tersebut akan memiliki kesamaan yang sangat khusus, yang sangat khas sebagai seorang nabi besar. Musa adalah termasuk salah seorang nabi besar yang diutus TUHAN bagi bangsa Israel. Pembahasan berikut akan saya fokuskan pada masalah kesamaan antara nabi yang dijanjikan tersebut, dengan nabi Musa.

Nabi Yang Seperti Musa

Untuk mengukur siapakah nabi yang seperti nabi Musa, saya ajak pembaca melihat fakta yang menunjukkan kekhasan Nabi Musa. Saya akan bedakan kekhasan nabi Musa dalam dua hal: 1) Dari sisi manusiawi, 2) Dari sisi Ilahi.

A. Kekhasan Nabi Musa dari sisi Manusiawi.

1.  Nabi Musa berasal dari Suku Lewi, salah satu suku dari bangsa Israel.

Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.
Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.
Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?"
Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
(Keluaran 2:1-10)

Musa dilahirkan oleh ibunya, yang berasal dari Suku Lewi, yang dinikahi ayahnya, yang juga berasal dari suku Lewi (ayat 1). Nabi Musa memperoleh namanya dari Puteri Firaun yang mengangkatnya sebagai anak (ayat 10).

2.  Kelahiran Nabi Musa bersamaan dengan fenomena pembunuhan bayi-bayi lelaki bangsa Israel.

Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya:
"Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup."
Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.
Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?"
Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin."
Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda.
Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.
Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."
(Keluaran 1:15-22)

Karena takutnya bahwa bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar dan kuat, maka Firaun, raja Mesir, memberikan perintah untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir sekitar zaman kelahiran Nabi Musa.

3.  Nabi Musa pernah tinggal di negeri Mesir.

Fakta ini sangat mudah dimengerti, karena Musa memang lahir di Mesir, tinggal di istana Mesir sebagai anak angkat puteri Firaun, sampai usianya mencapai sekitar 40 tahun dia tinggal di Mesir.

4.  Nabi Musa disusui oleh ibunya sendiri

kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.
Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?"
Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya
.(Keluaran 2:4-9)

Ketika bayi Musa dihanyutkan di sungai Nil, maka kakak perempuannya, yaitu Miryam, terus mengikuti perjalanan bayi Musa untuk melihat apa yang terjadi dengan nasib adiknya tersebut yang masih bayi 3 bulan (ayat 4). Lalu di saat puteri Firaun menemukan bayi Musa, si Miryam menawarkan jasa untuk mencari seorang perempuan Ibrani untuk menyusui bayi tersebut, dan puteri Firaun menyetujui usul Miryam, kemudian Miryam mendatangkan ibunya, yang tidak lain adalah ibunya Musa itu sendiri. Selanjutnya puteri Firaun menyuruh wanita Ibrani itu membawa Musa pulang ke rumahnya sendiri untuk disusui, sampai Musa cukup umur untuk disapih. Demikianlah, sampai kira-kira usia balita, Nabi Musa hidup bersama kedua orang tua kandungnya, dan sesudah itu barulah dia hidup di lingkungan Istana Mesir bersama Puteri Firaun, ibu angkatnya.

5.  Nabi Musa Disunat pada Waktu Berumur Delapan Hari

Walaupun Kitab Keluaran tidak secara spesifik menceritakan, tetapi kuat dugaan bahwa Musa disunat oleh kedua orangtuanya pada saat dia masih seorang bayi berumur delapan hari, karena Musa adalah Keturunan Abraham, dimana empat ratus tahunan sebelum Musa lahir, Abraham sudah mengikat perjanjian sunat dengan TUHAN Allah. Di bawah ini dasar alkitabiahnya.

Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat;
haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.
Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu..."
(Kejadian 17:9-12) .

6.  Kematian Nabi Musa sudah Diberitahukan oleh Allah

Pemberitahuan kematian Nabi Musa:

Pada hari itulah juga TUHAN berfirman kepada Musa:
"Naiklah ke atas pegunungan Abarim, ke atas gunung Nebo, yang di tanah Moab, di tentangan Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan yang Kuberikan kepada orang Israel menjadi miliknya,
kemudian engkau akan mati di atas gunung yang akan kaunaiki itu, supaya engkau dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, kakakmu, sudah meninggal di gunung Hor dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya--
oleh sebab kamu telah berubah setia terhadap Aku di tengah-tengah orang Israel, dekat mata air Meriba di Kadesh di padang gurun Zin, dan oleh sebab kamu tidak menghormati kekudusan-Ku di tengah-tengah orang Israel.
Engkau boleh melihat negeri itu terbentang di depanmu, tetapi tidak boleh masuk ke sana, ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel."
  (Ulangan 32:48-52).

Kematian Nabi Musa dikisahkan di ayat-ayat berikut:

Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN.
Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini.
Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang.
Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu.
(Ulangan 34:5-8)

Kematian Nabi Musa sudah dijadwalkan oleh TUHAN Allah, setelah peristiwa "Meriba", dimana Nabi Musa dengan amarah memukulkan tongkatnya kepada bukit batu lantaran jengkel kepada orang-orang Israel yang tegar tengkuk. Musa akan mati di Gunung Nebo, yang berada di wilayah Tanah Moab, dan pada hari yang telah ditentukan TUHAN, Musa meninggal di Gunung Nebo, Tanah Moab, tepat seperti rencana TUHAN..

B.  Kekhasan Nabi Musa dari Sisi Ilahi

Dari sisi ilahi, terdapat beberapa fakta mengenai pekerjaan atau hal-hal yang dilakukan oleh Nabi Musa yang melibatkan campur tangan TUHAN baik dalam hal perencanaan mengenai tugas khusus nabi Musa ataupun manifestasi kuasa Allah melalui berbagai mujizat yang dilakukan. Pertama, Musa memang dilahirkan untuk menggenapi rencana TUHAN Allah sekitar 400 tahun sebelum Musa dipanggil sebagai nabi. Ke dua, penyertaan TUHAN Allah melalui peragaan berbagai mujizat-Nya yang mengesahkan pengutusan Musa sebagai seorang nabi TUHAN.

1.  Pengutusan Nabi Musa Sudah Direncanakan Sejak Zaman Nabi Abraham

Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar  dengan membawa harta benda yang banyak.(Kejadian 15:12-14).

Ketika TUHAN berfirman kepada Abraham itu, Abraham sedang berada di Tanah Kanaan, dan belum berputera seorangpun. Lama sesudah itu, Sara, isteri Abraham, melahirkan Ishak, dan di kemudian hari, Ishak memperanakkan Esau dan Yakub, dan Yakub - yang kemudian disebut Israel - , memperanakkan dua belas anak lelaki, yang menjadi nenek moyang bangsa Israel. Bangsa Israel mulai tinggal di negeri Mesir, di Tanah Gosyen semenjak zaman Nabi Yakub. Fakta mengenai ini ada di ayat-ayat berikut:

Inilah nama para anak Israel yang datang ke Mesir bersama-sama dengan Yakub; mereka datang dengan keluarganya masing-masing: Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda; Isakhar, Zebulon dan Benyamin; Dan serta Naftali, Gad dan Asyer. Seluruh keturunan yang diperoleh Yakub berjumlah tujuh puluh jiwa. Tetapi Yusuf telah ada di Mesir. (Keluaran 1:1-5)

Tinggalnya Yakub dengan keluarganya di Tanah Gosyen, sejumlah 70 orang anggota keluarga itu, mengawali digenapinya janji TUHAN kepada Abraham tersebut bahwa "keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka" . Di tanah Gosyen itu, keturunan Yakub berkembang dengan sangat cepat, sehingga mengkhawatirkan bangsa Mesir, menurut ayat-ayat di bawah ini:

Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka. Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini." (Keluaran 1:7-10)

Oleh kekhawatiran tersebut, bangsa Israel mulai ditindas oleh raja dan bangsa Mesir, menggenapi Firman TUHAN kepada Abraham, "mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya." Penindasan terhadap bangsa Israel dicatat dalam ayat-ayat di bawah ini:

Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu. (Keluaran 1:11-14)

Penindasan terhadap bangsa Israel ini bukan saja secara fisik, dengan hanya memperbudak bangsa Israel tersebut, melainkan disertai juga dengan pembunuhan bayi-bayi sebagaimana saya sudah tulis di atas. Dan di tengah-tengah aksi pembunuhan bayi-bayi itulah, bayi Musa dilahirkan.

Adapun pengutusan Musa sebagai seseorang yang akan membawa keluar bangsa Israel dari tanah Mesir, tidak lepas dari kisah hidup Musa selanjutnya, sebagai berikut:

Waktu Musa sudah dewasa, ia pergi menemui orang-orang sebangsanya. Ia melihat bagaimana mereka dipaksa melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dilihatnya juga seorang Mesir membunuh seorang Ibrani. Musa menengok ke sekelilingnya, dan ketika ia melihat bahwa tidak ada yang memperhatikan dia, dibunuhnya orang Mesir itu lalu mayatnya disembunyikan di dalam pasir. Keesokan harinya Musa pergi lagi, lalu dilihatnya dua orang Ibrani sedang berkelahi. "Mengapa engkau memukul kawanmu?" tanya Musa kepada orang yang bersalah itu. Jawab orang itu, "Siapa yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim kami? Apakah engkau mau membunuh saya juga, seperti orang Mesir yang kaubunuh itu?" Lalu Musa menjadi takut dan berpikir, "Celaka! Perbuatanku itu sudah ketahuan." Waktu raja mendengar tentang kejadian itu, ia mencari akal untuk membunuh Musa. Tetapi Musa lari lalu tinggal di negeri Midian. Imam dari Midian, yang bernama Yitro, mempunyai tujuh anak perempuan. Pada suatu hari, ketika Musa sedang duduk di dekat sebuah sumur, datanglah ketujuh anak gadis Yitro untuk menimba air dan mengisi tempat minum kawanan kambing dan domba ayah mereka. Tetapi beberapa gembala mengusir anak-anak gadis itu. Lalu Musa datang menolong mereka dan diberinya minum ternak mereka. Waktu mereka pulang, ayah mereka bertanya, "Mengapa kalian cepat sekali pulang hari ini?" Jawab mereka, "Ada seorang Mesir yang menolong kami dari gangguan gembala-gembala lain. Ia malah menimbakan air untuk kami, dan memberi minum ternak kita." "Di mana dia sekarang?" tanya Yitro kepada anak-anaknya. "Mengapa kalian meninggalkan orang itu? Pergilah mengundang dia makan bersama kita." Musa setuju untuk tinggal di situ. Kemudian Yitro mengawinkan anaknya yang bernama Zipora dengan Musa. (Keluaran 2:11-21)

Sepeninggal Musa, raja Mesir wafat, dan digantikan dengan raja baru. Tetapi bangsa Israel semakin ditindas, sehingga bangsa itu menjerit di hadapan Allah, lalu TUHAN memutuskan untuk menggenapi janjiNya kepada Abraham, untuk mengeluarkan bangsa Israel itu dari tanah Mesir, dengan mengutus Musa sebagai seorang nabi. Kisah pengutusan Musa terdapat di kisah berikut:

Pada waktu itu Musa menggembalakan domba-domba dan kambing-kambing Yitro, mertuanya, imam di tanah Midian. Ketika ia sedang menggiring ternak itu ke seberang padang gurun, tibalah ia di Gunung Sinai, gunung yang suci. Di situ malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari tengah-tengah semak. Musa melihat semak itu menyala, tetapi tidak terbakar.  "Luar biasa," pikirnya. "Semak itu tidak terbakar! Baiklah kulihat dari dekat."  TUHAN melihat Musa mendekati tempat itu, maka Ia berseru dari tengah-tengah semak itu, "Musa! Musa!" "Saya di sini," jawab Musa.  Lalu Allah besabda, "Jangan dekat-dekat. Buka sandalmu, sebab engkau berdiri di tanah yang suci.  Aku ini Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub." Maka Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.  Lalu TUHAN berkata, "Aku sudah melihat penderitaan umat-Ku di Mesir, dan sudah mendengar mereka berteriak minta dibebaskan dari orang-orang yang menindas mereka. Sesungguhnya, Aku tahu semua kesengsaraan mereka.  Sebab itu Aku turun untuk membebaskan mereka dari tangan orang Mesir dan membawa mereka keluar dari negeri itu menuju suatu negeri yang luas. Tanahnya kaya dan subur, dan sekarang didiami oleh bangsa Kanaan, bangsa Het, Amori, Feris, Hewi dan Yebus. Tangisan bangsa Israel sudah Kudengar, dan Kulihat juga bagaimana mereka ditindas oleh bangsa Mesir. Sekarang engkau Kuutus untuk menghadap raja Mesir supaya engkau dapat memimpin bangsa-Ku keluar dari negeri itu." (Keluaran 3:1-10).

Demikianlah, pengutusan Musa sebagai Nabi sudah direncanakan sejak zaman Nabi Abraham.

2.  Nabi Musa Membebaskan Bangsa Israel dari Perbudakan di Tanah Mesir

Salah satu misi utama Nabi Musa adalah : membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa selama 400 tahun, bangsa Israel mengalami penindasan di Mesir dan diperlakukan sebagai budak-budak yang melakukan kerja paksa bagi bangsa Mesir. Oleh penindasan itu, bangsa Israel menjerit kepada TUHAN, Allah mereka, dan TUHAN mendengarkan jeritan bangsa keturunan Abraham itu, dan bermaksud menggenapi janjiNya kepada Abraham dahulu, "sesudah itu mereka akan keluar  dengan membawa harta benda yang banyak" (Kejadian 15:14)

Keluarnya bangsa Israel tercatat di ayat ini...

Bangsa Israel sudah tinggal di Mesir 430 tahun lamanya. Pada hari terakhir tahun ke-430 itu, seluruh barisan umat TUHAN meninggalkan tanah Mesir. Malam itu TUHAN terus berjaga untuk mengantar mereka keluar dari Mesir. Dan itulah juga malam yang untuk seterusnya dipersembahkan kepada TUHAN sebagai malam peringatan. Pada malam itu umat Israel harus berjaga-jaga. (Keluaran 12:40-42)

Tetapi benarkah janji "mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak" ?? Benar..., menurut ayat-ayat ini...

Keluaran12:35-36 Mereka juga sudah melakukan apa yang dikatakan Musa, yaitu meminta perhiasan emas dan perak serta pakaian dari orang Mesir. TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati kepada orang Israel, sehingga mereka memberikan segala yang diminta orang Israel. Dengan cara itu orang Israel membawa kekayaan orang Mesir keluar dari negeri itu.

Itulah salah satu misi nabi Musa: membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir.

3.  Nabi Musa Berpuasa 40 Hari 40 Malam Tanpa Makan Tanpa Minum

Nabi Musa pernah berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam, tanpa makan dan tanpa minum. Kisahnya sebagai berikut:

Ulangan 9:7-21
(Perkataan Nabi Musa kepada bangsa Israel) :
"Ingatlah bagaimana kamu membuat TUHAN Allahmu marah di padang gurun. Sejak kamu meninggalkan Mesir sampai kamu tiba di sini, kamu menentang TUHAN. Bahkan di Gunung Sinai kamu membuat TUHAN marah sekali, sehingga Ia mau membinasakan kamu.
Aku mendaki gunung itu untuk menerima batu perjanjian yang dibuat TUHAN dengan kamu. Empat puluh hari dan empat puluh malam lamanya aku tinggal di atas gunung itu tanpa makan atau minum. Kemudian TUHAN memberiku kedua batu yang telah ditulisi oleh Allah sendiri. Pada batu itu tertulis kata-kata yang diucapkan-Nya dari tengah-tengah api kepadamu, ketika kamu berkumpul di kaki gunung. Ya, sesudah lewat empat puluh hari dan empat puluh malam, TUHAN memberikan kepadaku kedua batu perjanjian itu. Lalu TUHAN berfirman kepadaku, 'Turunlah segera, sebab bangsamu yang kaubawa keluar dari Mesir telah berbuat jahat. Mereka sudah menyimpang dari perintah-perintah-Ku, dan membuat patung untuk disembah.'
TUHAN juga berfirman kepadaku, 'Aku tahu bangsa itu amat keras kepala. Jangan coba menghalangi Aku. Aku hendak membinasakan mereka sehingga mereka tidak diingat lagi. Tetapi engkau akan Kujadikan bapak dari suatu bangsa yang lebih besar dan lebih kuat daripada mereka.'
Lalu aku berpaling, dan sambil membawa kedua batu perjanjian dengan kedua tangan, aku turuni gunung yang sedang menyala-nyala. Aku lihat bahwa kamu sudah melanggar perintah TUHAN Allahmu. Kamu sudah berdosa terhadap TUHAN karena membuat bagi dirimu sebuah patung sapi dari logam. Maka di depan matamu kedua batu perjanjian itu aku banting sampai hancur berkeping-keping.
Lalu sekali lagi aku bersujud di depan TUHAN di puncak gunung selama empat puluh hari dan empat puluh malam, tanpa makan atau minum. Itu aku lakukan karena kamu telah berdosa terhadap TUHAN dengan melakukan apa yang dianggap-Nya jahat, sehingga Ia marah. Aku takut kepada kemarahan TUHAN yang menyala-nyala terhadap kamu sehingga kamu mau dibinasakan-Nya, tetapi kali ini pun TUHAN mendengarkan Aku. TUHAN juga marah sekali kepada Harun sehingga Ia mau membunuhnya, maka aku berdoa untuk dia juga.
Patung sapi logam buatanmu, saya lemparkan ke dalam api. Lalu saya hancurkan dan tumbuk sampai halus seperti debu, dan debu itu saya lemparkan ke dalam anak sungai yang mengalir dari gunung itu. "

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar